Oleh : abu Muhammad Lexi Zulkarnaen

        Jangan kamu merasa hina dan susah,

        kamu adalah orang-orang yang LEBIH TINGGI

        kalau sekiranya kamu benar-benar BERIMAN

        (Al Imran : 139)

 

 

Cermin kondisi umat masa kini adalah cermin retak, dimana hamper di setiap lapangan kehidupan, baik fisik-militer, budaya-ilmu pengetahuan, dan sosial-ekonomi, ummat Islam tertinggal jauh dari kaum yang kafir; ummat di hari ini kalah bukan saja di lapangan material, tetapi juga dalam lapangan mental-spiritual. Ummat Islam terinjak dan terhinakan. Demokrasi, keadilan, persamaan hak, sudah menjadi kata kosong yang terlucuti maknanya, manakala dituntut oleh ummat Islam. Lalu, apakah izzah (kehormatan) masih dimiliki ummat ? Apakah saja’ah (keberanian) dapat dibangkitkan dalam menghadapi tekanan di sana-sini ? Atau hati kecil kita akan berkata, bahwa Allah sudah tidak mau lagi menggembirakan orang- orang beriman, Allah tidak suka lagi menolong kaum yang berserah diri, dan Allah sudah tidak lagi menepati janji-Nya ? Masyaallah, audzubilah min’zalik, kalau ada sebutir zarah dalam kalbu yang berisi dugaan toghut semacam itu. Inferioritas, rasa minder dan frustasi telah mengantarkan manusia pada banyak dugaan dan sang-ka, padahal sebagian sangka itu adalah dosa.

 

Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya

( Ruum: 6 ).

Janji Allah pasti datang kalau manusia mengetahui. Apa yang mesti diketahui ? Yakni prasyarat bagi terlaksananya janji Allah.

 

Kalau ummat terdahulu digembirakan dan ditolong Allah, hal itu tidak lain karena mereka patuh, karena semangat penghambaan telah kental dalam kalbu mereka, hati mereka telah pekat dalam warna tunggal sibghatullah. Karena kepatuhan itulah Allah menjadikan mereka ummat terbaik, ummat yang tinggi ketimbang ummat-ummat yang lain.

 

Ummat di hari ini menjadi kalah, terhina adalah karena tidak lagi memiliki izzah, kebanggaan kepada dirinya, pada jati diri yang kental. Bandingkan dengan kegagahan Rubaya ketika menghadapi Panglima Rustum dari kerajaan Persia, yang mewah dan berlimang kekuasaan. Dengan lantang dan tegas Rubaya mengajukan alternative Islam, meski dia dengan penampilan yang sederhana sementara Rustum dengan seperangkat mahkota. Rubaya merasa bangga dengan imannya dan keimanan itulah yang mengangkat manusia pada kedudukan tinggi hanya orang bertaqwa yang kedudukannya tinggi di mata Allah.

 

“Jangan kamu merasa hina dan susah, kamu adalah orang-orang yang LEBIH TINGGI kalau sekiranya kamu benar-benar BERIMAN” ( Al Imran : 139 )

 

“Adalah kamu (ummat Islam) itu SEBAIK-BAIKNYA UMMAT yang ditampilkan bagi segenap manusia, dimana kamu    melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar, dan kamu BERIMAN kepada Allah” ( Al Imran : 110  )

 

Dengan jelas firman Allah melarang ummat Islam untuk berendah diri dan merasa hina. Apapun kekalahan menimpa baik itu saat Perang Uhud maupung perang intelektual-material di hari ini, ummat Islam tidak boleh merasa hina dan terhinakan, karena ummat Islam LEBIH TINGGI dan merupakan SEBAIK-BAIKNYA UMMAT.

   ” Ummat islam lebih tinggi dan sebaik-baiknya ummat “.

 

 

Ini adalah statemen Allah, Rabb, Khalik, dan Malik manusia, karenanya sudah pasti bukan statemen kosong. Allah tidak akan pernah menya- lahi janji-Nya. ummat Islam berkedudukan tinggi, karena hanya ummat Islam saja yang mengabdikan diri kepada Allah Yang Terting-gi dan tidak pada hawa nafsu–artinya ummat Islam saja yang mampu berjalan di bumi dengan bebas dari ikatan hawa nafsu toghut.

 

Bukankah budak hawa nafsu sangat rendah kedudukannya ? Hanya ummat Islam saja yang melaksanakan hukum Allah di bumi, hukum yang lurus, hukum dari Al Hakim, dan menyingkirkan hukum-hukum produk manusia dan hawa nafsu. Hanya ummat Islam saja yang menja- di pemimpin di bumi, khalifah yang adil dan bijaksana, yang tidak menekan minoritas ketika menjadi mayoritas, yang tidak menekan si miskin ketika menjadi kaya-raya. Hanya umat Islam saja yang amar ma’ruf nahi mungkar.

 

Nah, mengapa ketinggian posisi ummat Islam itu tidak nampak? Mengapa keanggunan wajah Islam tidak merealitas, tidak membumi?

 

Jawabnya adalah bukan lain karena prasyarat yang Allah maksud belum terpenuhi; beriman kepada Allah. Akhir dua ayat di atas menyatakan demikian. Karena hanya dengan keimanan yang murni, tauhidul aqidah, saja ummat Islam baru dapat membebaskan diri dari hawa nafsu; baru dapat menegakkan hukum Al Hakim di bumi; baru dapat beramar ma’ruf nahi mungkar; baru dapat menjadi khalifah fil ardh. Hanya dengan keimanan yang tangguh sebagaimana generasi pertama, ummat Islam dapat mengembalikan wajah anggunnya. Tidak ada lain  hanya dengan kebanggaan iman.

 

Wallahu’alam bissawab